Kisah Dari Sosok Misterius Sang Pemimpin Tertinggi Taliban "Haubatullah Akhundzada"

Jakarta - Sosok Misterius Haibatullah Akhundzada, Pemimpin Tertinggi Taliban yang Putranya Jadi Pengebom Bunuh Diri

Dalam satu-satunya foto yang pernah beredar, pemimpin tertinggi Taliban Haibatullah Akhundzada menatap langsung ke arah kamera dengan wajah tanpa ekspresi. Dia memakai bandana putih di kepala dan janggut abu-abu menjuntai dari dagunya.

Sosok misterius Akhundaza kini memegang peranan penting sebagai pemimpin tertinggi, jabatan yang membuat dia mempunyai otoritas tertinggi di bidang politik, agama, dan militer sejak 2016.

"Kami akan membangun negara kami yang hancur karena perang," kata Akhundzada dalam pernyataan yang dirilis Taliban setelah mengumumkan struktur pemerintahan baru. Itu adalah pernyataan pertama Akhundzada sejak Taliban mengambil alih Afghanistan.

Akhundzada menuturkan Taliban berjanji menaati aturan hukum internasional, kesepakatan serta komitmen selama tidak bertentangan dengan syariah Islam yang menjadi fondasi pemerintahan Afghanistan.

Sosok Akhundaza dikenal dari putranya yang menjadi pengebom bunuh diri. Kepemimpinannya selama ini dilakukan secara tersembunyi dan membiarkan orang lain yang menjalani perundingan hingga akhirnya membuat Amerika Serikat dan sekutunya angkat kaki dari Afghanistan setelah kecamuk perang selama 20 tahun.

Bahkan informasi mengenai usianya word play here sulit untuk dikonfirmasi. Dia diperkirakan berusia 60-an tahun.

Namun para pengamat yang mempelajari Taliban mengatakan dia adalah sosok pengayom, pendamai di dalam Taliban dan mengatur cara menghadapi sekutu internasional dan musuh Taliban selain dengan langkah militer.

"Dengan tipu muslihat, manipulasi dan kesabaran, dia mampu membawa Taliban kembali berkuasa," kata Rohan Gunaratna, profesor studi keamanan di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, seperti dilansir laman Reuters, Rabu (8/9).

Sejumlah kalangan lain mengatakan dia sosok simbol, dipilih sebagai hasil kompromi di saat terjadi perselisihan di dalam Taliban, sedangkan kekuasaan sesungguhnya dipegang oleh faksi militer Taliban.

"Sangat sedikit informasi tentang siapa dia. Dia tidak pernah terlihat berbicara langsung di muka publik," kata Rajeshwari Krishnamurthi, pakar keamanan Asia Selatan di Institut Studi Perdamaian dan Konflik, lembaga peneliti di New Delhi, India.

Akhundzada lahir di Kandahar, kota kedua terbesar di Afghanistan. Dia termasuk angkatan pertama Taliban-- gerakan yang muncul di sekitar wilayah Provinsi Helmand dari sisa-sisa perang saudara di Afghanistan.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, ketika Taliban berkuasa pada 1996-2001, dia menjabat sebagai kepala sistem peradilan. Kala itu Taliban melarang perempuan bekerja dan menerapkan hukuman keras seperti rajam.

Ketika AS menginvasi Afghanistan selepas serangan 11 September 2001 Reuters melaporkan secara ekslusif, Akhundzada melarikan diri ke Pakistan. Di sana dia mengajarkan agama di sebuah mosque selama 15 tahun.

Rekan dan muridnya di masjid itu menyebut Akhundzada sebagai orang yang disiplin dan orator yang keras.

"Dia bicara berapi-api kalau soal AS dan perang dan bersumpah akan tetap berjihad," ujar seorang bekas muridnya mengenang pidato sang guru dalam sebuah pidato di tengah massa di Quetta pada 2014.

Akhundzada bukanlah sosok yang langsung dipilih ketika tokoh senior Taliban menggelar pertemuan untuk memilih pemimpin baru ketika pemimpin mereka Mullah Akhtar Manusr tewas akibat serangan pesawat nirawak (drone) AS.

Ketika akhirnya Akhundzada terpilih di antara tokoh-tokoh berpengaruh dari Suku Noorzai, posisinya di Taliban dipandang lebih sebagai akademisi ketimbang serdadu, tidak seperti pemimpin sebelumnya.

Dia adalah sosok hasil kompromi antara tokoh muda dan tak berpengalaman putra dari pendiri Taliban Mullah Muhammad Umar dan Sirajuddin Haqqani, pria yang diburu oleh AS karena terlibat penyerangan di Resort Kabul pada 2008. Demikian dilaporkan Reuters kala itu.

Pemimpin Al Qaidah Ayman al-Zawahri bersumpah setia kepada Akhundzada dalam sebuah pesan suara tak lama setelah Taliban mengambil alih Afghanistan.

Tidak seperti pemimpin Taliban lainnya, Akhundzada tidak masuk dalam daftar hitam PBB. Namun putranya, Abdur Rahman, tewas dalam bom bunuh diri di pangkalan militer Afghanistan di Helmand pada Juli 2017, kata juru bicara Taliban.

Di awal kepemimpinannya Akhundzada menyerukan reformasi yang memperkuat pengaruhnya di tengah organisasi yang melemah karena perpecahan dan pengkhianatan.

Namun dia menjaga dirinya tetap di balik layar. Satu-satunya foto yang bisa diverifikasi oleh Reuters adalah foto dirinya yang muncul di akun Twitter Taliban pada Mei 2016. Foto itu tak bertanggal dan diidentifikasi oleh pejabat Taliban existed yang menolak disebut namanya.

Sosoknya yang begitu misterius membuat banyak kalangan tetap mempertanyakan di mana dia berada dan bagaimana kondisi kesehatannya. Saking rahasianya Taliban, sosok pendiri Mullah Umar pun yang meninggal pada 2014 hanya dikonfirmasi oleh putranya dua tahun kemudian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Haru Seorang Wanita Tua Belanda Mencari Rumah Masa Kecil di Magelang Setelah 76 Tahun

Karena Sering Kali Diejek, Seorang Pria di Jakarta Barat Tusuk Rekan Satu Tongkrongan

Beberapa Manfaat Daun Sungkai, Salah Satu Manfaatnya Untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh