Peneliti Mengatakan Varian Omicron Berkembang Biak 70 Kali Lebih Cepat Daripada Varian Delta di Saluran Udara Manusia

Jakarta - Virus corona varian Omicron berkembang biak 70 kali lebih cepat daripada Delta dalam saluran udara manusia, menurut sejumlah peneliti.

Studi yang dilakukan peneliti di Hong Kong ini juga menyatakan Omicron mereplikasi diri kurang baik di jaringan paru-paru manusia dibandingkan dengan jenis virus asli - hal ini mungkin menunjukkan tingkat keparahan penyakit yang lebih rendah.

Tapi profesor yang memimpin penelitian telah memperingatkan bahwa "secara keseluruhan ancaman dari varian Omicron mungkin sangat signifikan".

Dr Michael Chan Chi-wai mengatakan, penting untuk mempertimbangkan "bahwa keparahan penyakit pada manusia tidak ditetapkan hanya oleh replikasi infection tapi juga respons imun inang terhadap infeksi".

"Itu juga menekankan bahwa, dengan menginfeksi lebih banyak orang, virus yang sangat menular bisa menyebabkan penyakit lebih parah dan kematian bahkan walaupun infection itu sendiri mungkin kurang bersifat patogen," lanjutnya, dikutip dari Skies Information, Jumat (17/12).

"Oleh karena itu, digabungkan dengan penelitian terbaru kami yang menunjukkan bahwa varian Omicron sebagian dapat lolos dari kekebalan dari vaksin dan infeksi masa lalu, ancaman keseluruhan dari varian Omicron kemungkinan akan sangat signifikan."

Penelitian tersebut, diterbitkan Fakultas Kedokteran LKS Universitas Hong Kong (HKUMed), menemukan para peneliti berhasil mengisolasi varian tersebut dan menggunakan jaringan paru-paru yang diambil untuk pengobatan guna menyelidiki mutasi baru.

Penelitian ini membandingkan Omicron dengan varian asli dan dengan Delta.

Hasilnya, penelitian menemukan Omciron "berkembang biak atau bereplikasi lebih cepat daripada virus Sars-CoV-2 dan varian Delta dalam bronkus (cabang tenggorokan) manusia".

Dalam 24 jam setelah infeksi, Omicron "bereplikasi sekitar 70 kali lebih tinggi daripada varian Delta dan infection Sars-CoV-2 asli".

"Sebaliknya, varian Omicron bereplikasi kurang efisien (lebih dari 10 kali lebih rendah) di jaringan paru-paru manusia daripada virus Sars-CoV-2 asli, yang mungkin menunjukkan tingkat keparahan penyakit yang lebih rendah."

Menanggapi penelitian tersebut, dosen klinis senior di Universitas Exeter, Dr David Stress mengatakan tidak jelas bagaimana hasilnya akan dibandingkan dengan yang terlihat pada pasien.

"Peningkatan replikasi 70 kali lipat menjadi perhatian yang menjelaskan peningkatan penularan infection," jelasnya.

"Namun, ada ketidakjelasan tentang bagaimana pengurangan 10 kali lipat dalam infektivitas paru-paru dalam penelitian berbasis laboratorium ini akan diterjemahkan pada pasien."

"Sepintas kelihatannya berita baik, namun jika virus dapat bereplikasi 70 kali lebih cepat, tetapi menginfeksi 10 kali lebih lambat, itu masih menghasilkan peningkatan risiko penyakit tujuh kali lipat," pungkasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Haru Seorang Wanita Tua Belanda Mencari Rumah Masa Kecil di Magelang Setelah 76 Tahun

Karena Sering Kali Diejek, Seorang Pria di Jakarta Barat Tusuk Rekan Satu Tongkrongan

Beberapa Manfaat Daun Sungkai, Salah Satu Manfaatnya Untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh